Arogansi Sepihak Berujung Kemarahan Warga

PortalAmbarawa – “Akibat nila setitik, rusak susu sebelanga.” Akibat ulah satu orang oknum sopir angkot, seluruh pengguna fasilitas umum dibuat ribet. Demikian kira-kira gambaran Tragedi Palang Pintu Kereta Wisata di Jalan Brigjen Sudiarto, Losari, Ambarawa.

Prona vs moncong kereta

Sudah menjadi kebiasaan setiap hari Sabtu dan Minggu, Kereta Wisata relasi Ambarawa-Tuntang melintasi tiga titik perlintasan kereta tanpa palang pintu di Ambarawa. Ketiga perlintasan tanpa palang pintu tersebut tepatnya di Jalan Pemuda, tepatnya di sebelah Depo PT KAI atau di pertigaan Pangsar Ambarawa, perlintasan Losari dekat Koramil Ambarawa dan satu perlintasan menyerong di daerah Tambaksari, Ambarawa. Dari ketiga perlintasan ini, hanya perlintasan di Jalan Pemuda yang memiliki palang pintu. Itupun tak pernah digunakan. Hanya beberapa petugas yang secara manual menghentikan kendaraan tiap kali kereta wisata hendak melintas.

Bagi masyarakat Ambarawa pada umumnya, pasti turut merasa bangga tiap kali gerbong kereta vintage yang secara tidak langsung menjadi icon Ambarawa ini melintas. Rata-rata para pengguna jalan akan berhenti, berdecak kagum bahkan, tiap kali menyaksikan moyang kereta api di negeri ini masih bisa berjalan selaiknya. Terlebih kereta juga selalu melaju dengan perlahan tiap kali melewati perlintasan jalan raya, seolah Sang Masinis memberi jeda, memberi nuansa vintage, di tengah hiruk-pikuk Ambarawa beserta seluruh dinamikanya.

Tak hanya wisatawan asing, bahkan wisatawan domestik sekalipun terlihat begitu antusias, sontak melambaikan tangan tiap kali melewati perlintasan dan diperhatikan oleh seluruh pengguna jalan yang praktis berhenti memberi jalan pada Gerbong Tua yang melintas.

Pemandangan seperti itu sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat Ambarawa. Selain rasa bangga, kesadaran untuk memberi jalan bagi kereta yang hendak melintas adalah wajib hukumnya. Toh tidak setiap hari setiap saat kereta melintas.

Menjadi ironis ketika ulah salah satu oknum pengemudi angkutan prona yang begitu arogan menerobos perlintasan tepat disaat kereta hendak melintas. Tak sedikit warga yang sudah berteriak, mencoba menghentikan, bahkan kereta juga berjalan begitu pelan, namun tetap saja Sang Sopir nekad. Tabrakan tak terelakkan. Angkota merah itupun terseret hingga beberapa meter. Itu yang terjadi pada Minggu siang, 22 Mei 2022, tepat di perlintasan Losari, Ambarawa.

Tak ada korban jiwa. Beberapa tonggak pembatas yang terbuat dari rel baja tercerabut. Sisanya lebih pada kerusakan angkota prona merah yang berbenturan dengan moncong kereta baja yang berjalan perlahan.

“Tak sedikit yang berteriak kalau kereta sudah dekat. Tapi sopir prona tetap nekad.” tutur salah satu warga mengisahkan kejadian yang cukup langka di Ambarawa pada Minggu siang tersebut (22/05/22).

“Para pengguna jalan pasti berhenti tiap kali gerbong kuno tersebut melintas. Bangga rasanya di Ambarawa masih ada lokomotif dan gerbong kuno masih bisa beroperasi walau hanya untuk wisata. Apalagi perlintasan Losari ini tidak seramai perlintasan di dekat depo maupun perlintasan menyerong di daerah Tambaksari. Justru yang di Tambaksari itu yang sering memakan korban sekalipun tak ada kereta melintas. Pengendara sepeda motor seringkali terjatuh jika melintas saat hujan maupun setelahnya dan rel yang menyerong memotong jalan itu begitu licin.” lanjut warga lainnya.

Arogansi yang berujung kemarahan warga.

Arogansi Sepihak

Imbas dari kecelakaan tunggal yang begitu langka terjadi di Ambarawa ini berujung pada pemblokiran dan penutupan Jalan Brigjen Sudiarto tepat di perlintasan Losari sehari setelahnya (Senin, 23/05/22). Awalnya hanya penutupan sebagian jalan. Kendaraan bermotor masih bisa melintas. Untuk kendaraan roda empat harus bergantian. Siangnya, jalan ditutup total di sisi selatan maupun utara rel kereta. Pengguna jalan umum dari arah selatan harus memutar balik. Untuk pengguna jalan umum dari arah utara masih bisa berbelok menuju ke Pasar Warung Lanang serta memalui dua gapura yang terbilang cukup sempit bagi kendaraan besar.

Pegawai PT KAI menutup sebagian Jalan Brigjen Sudiarto tepatnya di perlintasan Losari, Ambarawa.


Kemarahan Warga

Entah apa maksud dan tujuan dari penutupan jalan umum tersebut, pastinya, akibat arogansi seseorang, banyak pengguna jalan umum dirugikan. Sampai senin siang, masih terlihat banyak masyarakat yang bergerombol dan melihat lokasi kejadian dimana prona beradu muka dengan moncong kereta.

Perlintasan Losari sempat ditutup total.

Amarah warga memuncak ketika ruas jalan ditutup total pada Senin siang (23/05/22). Dua buang palang rel baja dipasang melintang di sisi utara dan selatan perlintasan rel kereta. Ujung-ujungnya, warga beramai-ramai mencabut portal yang dipasang permanen menutup Jalan Brigjen Sudiarto.

Penutupan Jalan Brigjen Sudiarto.

Siapa yang arogan? Siapa yang mesti bertanggung jawab? Seperti inilah Ambarawa dan dinamikanya beberapa hari terakhir ini.
Menjadi pelajaran buat kita semua betapa segala persoalan bisa didudukkan bersama, berdiskusi dan dicarikan solusi.

Tinggalkan komentar