Ambarawa Masa Kini

 

Menyebut Kota Ambarawa yang pertama terbayang dalam bayangan adalah Kota Palagan. Sebuah kota kecil di mana terdapat sebuah monumen sebagai peringatan akan peristiwa perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya merebut kemerdekaan. Kondangnya monumen ini banyak dikarenakan monumen ini banyak disebut dalam buku pelajaran sekolah. Sehingga tiap tahunnya mendatangkan anak-anak sekolah ataupun wisatawan dari luar Ambarawa untuk melihat keberadaan monumen ini.

Tak Lekang Oleh Waktu

img-20151105-wa0003.jpgSelain ingatan akan monumen tersebut, juga akan udara sejuk dingin dimana dikelilingi oleh pegunungan dan pemandangan elok Rawa Pening. Namun hal yang belakangan disebut tak lagi dapat dipertahankan. Entah karena pengaruh global warming atau entah karena Ambarawa sudah tidak mampu lagi mempertahankan kesejukan kotanya.

Demikian tidak mengurangi ketenaran kota Ambarawa, sayangnya jembatan ingatan yang ketiga ini saat ini lebih mendominasi daripada jembatan ingatan yang disebut sebelumnya. Sekarang ini, saat menyebut Kota Ambarawa yang berada dalam benak pertama adalah Bandungan. Dahulu Bandungan memang merupakan bagian dari Ambarawa. Namun kini telah memisahkan diri dari Ambarawa menjadi sebuah kecamatan tersendiri. Dan lebih mampu mengibarkan benderanya sebagai tempat wisata keluarga maupun agrowisata serta ‘wisata malam’.

Meski masih terkenal dengan sebutan Kota Palagan, namun Ambarawa seperti tak mampu lagi menyangga kehidupan masyarakatnya. Sebagian penduduknya mencari sumber penghasilan di luar Ambarawa. Di pagi hari dapat ditemui berbondong-bondong orang Ambarawa bergerak keluar dari rumah untuk mengais rejeki di tempat lain. Sebagian besar mereka bekerja sebagai buruh pabrik. Dan yang tersisa di rumah hanyalah anak-anak sekolah maupun non-sekolah dan orang-orang tua yang sudah kurang produktif serta ibu rumah tangga.

Stagnansi Ekonomi Butuh Solusi Pasti

img_20160921_095352.jpgGeliat ekonomi digerakkan oleh sektor perdagangan. Meski tidak seramai dahulu, namun gerak perekonomian yang kelihatan adalah usaha perdagangan. Inipun dikarenakan masih ada beberapa kecamatan di sekitar Ambarawa yang masih bisa disokong oleh Pasar Ambarawa. Sementara untuk sektor jasa masih dikuasai sektor keuangan. Hal yang cukup mengejutkan bahwa di Kecamatan Ambarawa sekarang ini tumbuh subur lembaga-lembaga keuangan, baik dalam bentuk Bank, BPR, Micro, Syariah, Koperasi, maupun Bank Plecit, sebuah istilah untuk bentuk usaha perorangan yang bergerak di jasa keuangan. Sementara jasa lain adalah jasa pendidikan. Meski tak seperti dulu, namun sedikit banyak masih bisa menstimulan geliat perekonomian. Sektor-sektor tersebut tidak ada yang terlalu menonjol. Sehingga menjadikan pemerintah setempat mungkin sedikit kesulitan menggambarkan arah pembangunan kota.

Menggambarkan kehidupan Kota Ambarawa di malam hari juga tidak terlalu menonjol. Karena aktivitas kota banyak terkait perdagangan, aktivitas kota hanya terlihat di pagi hingga petang. Terutama saat orang-orang yang pergi bekerja pulang, kota terlihat sibuk. Setelahnya kembali sunyi, terlihat sekali setelah lewat jam 20.00, di mana pertokoan sudah mulai tutup.

Aktivitas perekonomian hanya berupa pedagang makanan dan minuman. Sementara masyarakatnya lebih senang berada di dalam rumah, yang bisa jadi disebabkan karena letih seharian bekerja, sehingga lebih memilih berdiam diri di dalam rumah. Kegiatan masyarakat yang terlihat biasanya pada tempat-tempat dimana ada tempat makan atau tempat minum.

photo0532.jpgHal menarik yang dapat dilihat di malam hari adalah meski Ambarawa sudah tidak sedingin jaman dahulu kebiasaan masyarakat mengkonsumsi miras sepertinya sudah jadi budaya dari generasi ke generasi. Bila di tempat lain, mungkin susah untuk ditemui karena dijual secara sembunyi-sembunyi. Di Ambarawa untuk mendapatkan miras bisa dikatakan terlihat terbuka. Apakah karena lokasinya yang dekat dengan Bandungan atau karena sebab lain penulis tidak mengetahuinya dengan pasti. Terutama penjual minuman tradisional tuak nampak lebih terbuka dalam menjalankan aktivitas perdagangannya dari pada penjual minuman pabrikan.

Keadaan ini sepertinya belum menjadi masalah yang cukup besar bagi masyarakat Ambarawa. Sejauh ini masyarakat masih bisa berdampingan dengan keberadaan para pengkonsumsi miras ini. Suasana masih tetap kondusif dan terjaga. Meski di awal kuartal tahun 2014 tingkat keamanan mulai terusik dengan terjadinya banyak tindak pidana pencurian. Masyarakat tetap adem ayem apa kademen.

By Dharmo Kondho

2 tanggapan untuk “Ambarawa Masa Kini”

Tinggalkan komentar